Kalimantan Tengah yang memiliki luas wilayah sekitar 153.564 Km2 terdiri dari hutan belantara, rawa, sungai, danau, cagar alam dan daerah pemukiman ternyata memiliki beraneka ragam tradisi, adat-istiadat, acara adat, kesenian, budaya, dan kehidupan sosial masyarakatnya. Ini apabila kita hanya bebicara mengenai Propinsi Kalimantan Tengah saja yang didirikan oleh Almarhum Cilik Riwut dulu. Alasannya karena setiap propinsi yang ada di pulau Kalimantan yaitu Kal-Teng ibukota Palangkaraya, Kal-Tim ibukota Samarinda, Kal-Bar ibukota Pontianak, dan Kal-Sel ibukota Banjarmasin memiliki bahasa, adat-istiadat, kesenian yang berbeda antara propinsi yang satu dengan propinsi yang lainnya. Namun dari semua perbedaan itu tetap satu kesatuan yang menjadi ciri khas dari pulau Kalimantan sama seperti halnya dengan semboyan Bangsa Indonesia.
Salah satu upacara ritual adat yang masih dijalankan dan dilestarikan oleh masyarakatnya adalah acara memindahkan tulang belulang nenek moyang ke dalam sandung yang dinamakan acaranya dengan Ritul Tiwah. Masyarakat Dayak Kaharingan merupakan masyarakat yang sangat menjaga dan memelihara tradisi tersebut sampai dengan saat ini. Kepercayaan yang dianut sejak dulu adalah Agama Kaharingan. Dalam tulisan singkat ini hanya membahas mengenai fungsi sandung dalam Acara Tiwah. Sedangkan mengenai acara tiwahnya sendiri lain waktu akan dibahas.
Sandung berbentuk seperti rumah namun ukurannya kecil bila dibandingkan dengan ukuran rumah yang biasanya. Pada sandung inilah tulang belulang nenek moyang yang telah meninggal beberapa tahun atau bahkan puluhan tahun yang lalu disimpan dengan aman. Pada saat pemindahan tulang ke dalam sandung sarat dengan pembacaan doa-doa yang dilakukan oleh seorang pemimpin Acara Tiwah yang dinamakan dengan basir dan dibantu dengan beberapa fisor. Mereka yang akan memimpin jalannya acara tersebut. Di dalam sandung sering juga disertakan emas, cincin, piring, kain dan barang-barang berharga lainnya tergantung dari keinginan pihak keluarga penyelenggara acara.
Bahan untuk pembuatan sandung biasanya berasal dari kayu yang keras sekali seperti kayu ulin (kayu besi) yang sangat kuat terhadap hujan dan panas matahari, ini apabila sandung yang masih belum diberi semacam pendopo untuk pelindungnya dan masih banyak ditemukan pada sandung-sandung yang sudah tua pada zaman dulu yang banyak terdapt di desa-desa mengingat pada zaman dulu kemampuan dari segi biaya, alat, dan orang yang membuatnya terbatas. Namun sandung sekarang sudah diberi atap sehingga dapat terhindar dari hujan dan panas. Dipilih kayu ulin karena umurnya dapat mencapai ratusan tahun. Sandung memiliki empat tiang penyangga dari kayu ulin dengan bentuk bulat. Tinggi sandung dari tanah dapat mencapai dua meter. Sandung diberi berbagai ukiran yang dapat menimbulkan decak kagum kita yang melihatnya. Biasanya di kiri dan kanan sandung ada beberapa patung (biasanya dinamakan sapundu) dari kayu ulin bulat yang diukir dan dipahat menyerupai manusia. Patung tersebut ada patung laki-laki, patung perempuan, patung anak-anak dan berbagai macam bentuk lainnya.
Sandung biasanya diberi warna-warni dengan menggunakan cat kayu. Warna yang umumnya digunakan adalah merah, kuning, putih, hitam, biru, hijau serta warna-warna lainnya. Warna-warna tersebut mengikuti ukiran-ukiran yang dibuat. Motif ukiran dapat berupa motif burung, motif tumbuh-tumbuhan, motif manusia. Pada sandung juga sering dipasang bendera-bendera dengan warna kuning. Hal tersebut menandakan bahwa sandung tersebut baru dibuat beberapa tahun yang lalu, itu asumsi saya. Tetapi umumnya hal tersebut dilakukan mungkin memiliki beberapa arti tersendiri dan sarat penuh dengan makna, saya kurang begitu mengerti juga mengenai hal tersebut.
Pada zaman sekarang sandung juga tidak hanya terbuat dari kayu ulin tetapi sudah banyak yang terbuat dari bahan beton dengan cara dicor. Mengingat mungkin kayu ulin sudah semakin sulit ditemukan akibat semakin berkurangnya hutan Kalimantan dari hari ke hari. Tetapi tetap bahwa fungsi dari sebuah sandung adalah untuk menyimpan tulang belulang orang yang telah meninggal dan merupakan bukti nyata bahwa penghormatan anak terhadap orang tuanya yang telah meninggal maka dibuatlah sandung untuk menyimpan tulang-tulang tersebut.
18 Januari 2009
Sandung, tempat menyimpan tulang orang yang telah meninggal
Labels:
Adat Istiadat
Langganan:
Posting Komentar (RSS)
sandung trmpat menyimpan tulang belulang nenek moyang..
saya masih bulum puas dengan penjelasan diatas..
saya ingin menyakan makna dari warna-warna yang terdapat pada sandung mengandung artian apa?
@unknown: untuk warna yg digunakan dalam ukiran sebuah sandung saya kurang begitu paham jg yg sebebar'y. Takut salah penjelasan jg.
Ingin mengetahui lebih dalam lagi, nanti klo saya telah dapat makna'y akan di posting kemudian. tks
Yg bekin artikel ini bukan orang asli Dayak Kalimantan... Hehehe...