KumpulBlogger

21 Februari 2009

Pendulang Intan Tradisional, Pekerjaan Membutuhkan Kesabaran

Intan, berlian siapapun pasti tahu dan semua pasti menginginkannya untuk membuat penampilan tambah menarik dan percaya diri. Terutama bagi kaum perempuan hal tersebut menurut saya sesuatu yang didambakan untuk dimiliki. Seperti yang kita ketahui harga intan dipasaran sangat mahal karena dalam proses pencarian sangat sulit dan barang tersebut bisa dibilang barang yang langka. Tidak seperti barang tambang yang lain misalnya emas yang bisa dibilang masih mudah ditemukan bila dibandingkan dengan intan. Juga tidak semua daerah di Indonesia dapat ditemukan sebagai tempat pertambangan intan. Salah satu propinsi di negeri ini sebagai tempat pertambangan intan yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat adalah Kalimantan Selatan. Proses pencarian dilakukan baik yang secara tradisional ataupun cara modern dengan menggunakan mesin-mesin yang canggih dan biasanya dimiliki oleh perusahaan yang keberadaannya diketahui oleh pemerintah setempat. Artinya mendapat ijin dari pejabat-pejabat daerah yang memang berhubungan dengan hal tersebut.


Mendapatkan/mencari intan secara tradisional merupakan pekerjaan yang banyak digeluti oleh masyarakat banjar. Salah satu alat untuk mencari intan cara tradisional dikenal dengan nama dulang dalam bahasa daerah sana. Dulang (berbentuk semacam caping) yang terbuat dari kayu ulin (kayu besi) atau kayu jingga. Sedangkan proses untuk mendapatkan intan sendiri dinamakan dengan mendulang. Caranya: material berupa pasir, batu-batuan kecil, tanah, lumpur dan sebagainya yang telah bercampur menjadi satu diambil dari dalam lubang galian yang dibuat dengan kedalaman tertentu dimuat ke dalam dulang sesuai dengan kapasitas dari setiap dulang yang digunakan, selanjutnya dulang yang telah terisi material tersebut diputar-putar (dilenggang) dalam air sehingga sedikit demi sedikit material dari dalam dulang terbuang keluar dari dulang terbawa oleh pusaran air yang timbul akibat putaran yang dilakukan sambil sekali-kali pendulang mengamati sisa material yang berada dalam dulang apakah terdapat intan atau tidak. Hal tersebut dilakukan begitu seterusnya sampai material yang berada dalam dulang terbuang habis dari dalam dulang. Kegiatan tersebut dilakukan sepanjang harinya oleh penambang tradisional intan, dan belum tentu kegiatan yang dilakukan mendapatkan hasil yang bisa dibawa pulang sebagai pendapatan hari itu. Mencari barang yang belum tentu dapat itu sangat membutuhkan kesabaran dan keuletan yang tinggi dari para pendulang.

Kegiatan mendulang biasanya dilakukan secara berkelompok. Satu kelompok biasanya terdiri dari 3-5 orang ataupun lebih. Kenapa hal tersebut dilakukan secara berkelompok? Karena setiap orang mempunyai tugas masing-masing yang berbeda-beda. Ada yang bertugas membuat/menggali lubang. Ada yang lain bertugas mengangkut material galian kelokasi pendulangan. Sedangkan yang lainnya lagi bertugas mendulang material yang telah terangkut tadi. Biasanya di tempat pendulangan dipasang semacam tenda untuk menghindari panasnya terik matahari. Yang lebih memprihatikan lagi bagi pendulang intan adalah bahwa tidak jarang apa yang dilakukan tidak membawa hasil sama sekali dalam seharinya, hal tersebut sangat ironis sekali mengingat pekerjaan yang dilakukan sangat beresiko sekali. Beresiko saya ambil contohnya adalah pendulang harus kuat terhadap dinginnya air karena bisa-bisa pendulang yang tidak tahan fisik akhirnya sakit, atau yang lebih ngeri lagi adalah bagian yang berada didalam lubang galian karena bisa-bisa terkubur hidup-hidup dalam sana apabila terjadi runtuh tanah disekitar lubang sewaktu-waktu. Hal tersebut dilakukan lagi-lagi karena alasan klasik yaitu fakor ekonomi walaupun nyawa sebagai taruhannya. Dalam system mencari intan secara berkelompok ini biasanya hasil yang didapat dibagi secara merata kepada setiap orangnya dalam kelompok tersebut. Hal tersebut juga tidak mutlak begitu aturannya namun kebanyakkan begitu yang dilakukan, atau juga tergantung dari kesepakatan awalnya bagaimana? Perlu diketahui juga bahwa para penambang tradisional tersebut lahan yang digunakan juga kadang-kadang tidak milik sendiri tetapi milik orang lain. Jadi hasil yang didapat semakin kecil apabila semakin banyak orang terlibat dalam sebuah kelompok penambang intan.

Banyak orang yang terlibat dalam usaha mendapatkan intan apabila kita melihat dari proses awalnya. Bermula sebuah intan berasal dari para penambang tersebut. Ada juga kelompok yang khusus mengumpulkan hasil dari penambang tersebut yang datang secara langsung ke lokasi penambangan. Kelompok tersebut dinamakan para pengumpul intan dan biasanya orang-orang yang sudah memiliki modal sendiri atau memakai modal orang lain dalam mengumpulkan intan. Selanjutnya dari para pengumpul ini dijual lagi kepengumpul yang besar untuk diolah menjadi intan-intan yang bernilai jual tinggi. Atau juga intan tersebut langsung di jual kepada para pengumpul yang berasal dari luar sebelum diolah menjadi berbagai macam bentuk yang menarik seperti mata cincin, kalung, gelang, dan lain sebagainya. Namun tetap saja yang menjadi bagian yang paling bawah adalah para pekerja yang secara langsung bekerja dilapangan. Daerah yang cukup terkenal sebagai tempat penghasil intan di Banjarmasin seperti Martapura, Kampung Cempaka, Karang Intan, Awang Bangkal, Sungai Besar, Matraman. Daerah-daerah tersebut yang menjadi salah satu tempat yang banyak menghasilkan intan.

Demikian sulit proses mendapatkan sebuah intan, namun mengingat harga yang tinggi dibandingkan dengan harga barang tambang yang lain yang ditawarkan tatap saja hal tersebut menjadi pekerjaan yang banyak diminati oleh masyarakat. Intan ditentukan berdasarkan karatnya. Semakin besar karat semakin tinggi juga harga yang didapat. Mencari barang yang langka dan belum tentu kapan dapatnya tergantung dari rejeki dari masing-masing pendulangnya. Entah sampai kapan proses pencarian intan secara tradisional hal tersebut berlangsung, hanya waktu yang dapat menjawabnya? Sampai kapan yaa?

Related Posts :



Widget by Hoctro | Jack Book

Komentar :

ada 5 comments ke “Pendulang Intan Tradisional, Pekerjaan Membutuhkan Kesabaran”
Anonim mengatakan...
pada hari 

Dilematis mempertahankan pendulangan intan setelah kepindahan kantor Pemprop kalsel Ke banjarbaru ...
Di satu sisi kita melihat rakyat hidup mengais tanah di sisi lain kita melihat para pejabat lalu lalang dengan mobil mewahnya...

beny m mengatakan...
pada hari 

Memprihatinkan memang..
Keadaan itulah yg ada dan benar terjadi di negeri ini. Semoga ada perhatian dari pemerintah untuk rakyat kecil d daerah. ma ksh atas kunjungan'y.

beny m mengatakan...
pada hari 

Memprihatinkan memang..
Keadaan itulah yg ada dan benar terjadi di negeri ini. Semoga ada perhatian dari pemerintah untuk rakyat kecil d daerah. ma ksh atas kunjungan'y.

Unknown mengatakan...
pada hari 

Bagus Gan. berkunjung juga ke sini ya :

http://ayirh.blogspot.com/

Pasak Bumi mengatakan...
pada hari 

Memang menyedihkan kadang para pendulang nasibnya. Tapi itulah kehidupan yg harus mereka hadapi, saat akik berjaya mereka juga panen raya :)

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Komentar apabila Anda merasa puas/tidak puas dengan judul postingan ini. Terima Kasih. Berkunjung lagi di lain waktu

KumpulBlogger

Ayat Hari Ini

Reader Community

My PageRank

Mari Tukaran Links

 
This Blog is proudly powered by Blogger.com | Template by Angga Leo Putra